Uma (Rumah tradisional Mentawai). Umma atau rumah merupakan salah satu unsur budaya dalam kategori teknologi (Koentjaraningrat, 2000). Rumah merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus disediakan sebagai tempat berteduh, berlindung diri dan beraktifitasnya sebuah keluarga. Umma berdasarkan hasil penilaian tim survey memiliki nilai keunikan, kelangkaan dan fungsi sosial yang tinggi karena hanya ada di Mentawai dan dalam pembangunannya menggunakan upacara tradisional yang dipimpin oleh seorang Sikerei. Bahan bangunan Umma sebagai rumah tradisional terbuat dari materi yang berasal dari sumber daya alam. Di sinilah hubungan simbiosis mutualisma antara masyarakat Mentawai dengan alam sekitarnya terjalin dengan baik. Ada nilai hubungan antara struktur dan pola relasi yang saling menjaga dan menghormati antar mahluk hidup. Dimulainya pembuatan rumah tradisional menjadi sebuah perhelatan komunikasi manusia dengan arwah nenek moyang dan flora yang akan dimanfaatkan, dalam hal ini dapat dilihat dari unsur bangunan umma itu sendiri. Konstruksi fisik sebuah umma melahirkan makna konstruksi sosial yang unik dan terintegrasi dengan lingkungannya. Bagian atap rumah terbuat dari pelepah pohon, tiang, dinding dan lantai juga terbuat dari kayu yang merupakan hasil penebangan pohon. Aktifitas penebangan merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi pohon yang ditebang oleh masyarakat tradisional Mentawai. Oleh karena itu upacara yang dilakukan untuk membuat rumah bertujuan supaya alam sekitarnya tidak marah terhadap tingkah laku manusia yang memotong pohon. Jadi eksploitasi hutan hanya dilakukan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (papan).
Umma sebagai tempat tinggal berbentuk rumah panggung setinggi 50 cm sampai dengan 100 cm dari permukaan tanah. Seperti halnya kehidupan di hutan biasanya memang rumah berbentuk panggung. Bagian umma jika dilihat dari depan maka akan ada bagian tangga, teras depan, ruangan tamu, kamar dan dapur serta kamar mandi di bagian paling belakang. Di bagian dekat dapur terdapat beberapa tengkorak hewan buruan yang dilakukan oleh penghuni rumah tersebut. Keunikan adanya tengkorak hewan buruan ini adalah untuk menjaga komunikasi antara penghuni rumah dan (pemburu binatang tadi) dengan ruh hewan terebut. Relasi ini penting bagi suku Mentawai karena adanya harapan masyarakat untuk tetap menjaga jumlah binatang buruan tersebut.