Wisata extrem yang akan dikembangkan di desa Sikalang merupakan penangkaran buaya. Penangkaran buaya ini baru dikenal orang sekitar awal abad ke-20. Sebagian besar dari generasi awal dalam penangkaran buaya ini lebih tertuju untuk keperluan atraksi bagi turis saja. Bukan untuk mengembangbiakkan buaya lalu diambil produknya. Kemudian pada tahun 1960 an operasi komersial untuk menghasilkan produk dari buaya mulai dilakukan. Seperti mengambil telur buaya dari alam liar, atau dengan cara mengembangbiakkan buaya di dalam penangkaran. Hal ini dilakukan karena semakin punahnya populasi buaya di alam liar. Dan beberapa dari buaya tersebut dalam ancaman kepunahan.
Buaya muara atau katak adalah spesies yang sudah lama hidup di tempat penangkaran buaya tersebut, namun tidak ada yang mengurus, sehingga buaya itu jarang diberi makan ,maka dari itu perangkat desa berinisiatif lagi untuk mengelola lagi penangkaran buaya tersebut dengan cara menjadikan penangkaran buaya tersebut sebagai objek wisata extrim dans disekitaran itu juga akan dibuat juga gedung serbaguna
Selain digunakan untuk menghasilkan produk buaya, penangkaran juga dimanfaatkan sebagai objek ekoturisme. Dengan berkurangnya populasi buaya di alam liar, penangkaran Makroman dapat memberikan akses bagi para pengunjung untuk menonton langsung kehidupan buaya. Tentu saja kehidupan buaya di penangkaran keadaannya berbeda ketimbang yang ada di alam liar. Tapi itu tidak menghalangi minat pengunjung untuk melihat langsung hewan yangsudah hidup dari zaman dinausourus (hewan purba) itu dengan mata kepala mereka sendiri.
Umur siap kawin buaya berkisar minimal 8 tahun. Musim kawinnya terjadi pada bulan Februari-Oktober. Buaya Muara betina mampu menghasilkan sekitar 40 hingga 70 butir telur dalam sekali bertelur. Telur-telur ini biasanya akan menetas dalam kurun waktu 70 hingga 80 hari. Ketika baru menetas, anak Buaya Muara berukuran sekitar 20 hingga 30 cm. "Tingkat keberhasilan persentase kehidupannya kecil sekali, menetas paling tinggi tidak sampai 50 persen, dan yang akan menjadi dewasa tidak sampai 10%,"
Pengelolaan Perkolaman
Agar penangkaran buaya muara berhasil dibutuhkan suasana habitat penangkaran yang mirip dengan habitat alaminya. Aspek perkolaman yang harus diperhatikan yakni jenis, fungsi, kontruksi, perlengkapan dan perawatan Kolam. Adapun jenis kolam yang digunakan antara lain sebagai berikut:
Kolam anakan buaya muara adalah kolam yang digunakan untuk anakan buaya muara yang umurnya berkisar antara 2 minggu sampai dengan umur 6 bulan. dengan ukuran masing-masing kolam 3 meter x 4 meter yang berada di luar ruangan. Kolam anakan buaya muara tersebut diisi anakan buaya masing-masing kolam 40 ekor. 1 kolam di jadikan sebagai tempat isolasi bagi anakan buaya yang sakit. Untuk anakan buaya yang berumur 0-2 minggu masih menggunakan baskom dan berada di dalam ruangan. Anakan buaya memiliki sifat penakut sehingga membutuhkan tempat yang aman. Anakan buaya bersifat penakut sehingga memerlukan tempat yang aman, dalam hal ini desain kolam sebaiknya mempunyai tempat yang bersembunyi sehingga dapat mengurangi tingkat stres oleh gangguan manusia dan kendaraan.
Kolam buaya remaja merupakan kolam yang dipersiapkan untuk pemeliharaan buaya setelah dipindahkan dari kolam anakan berumur > 6 bulan sampai 2 tahun.
Kolam pembesaran atau kolam remaja merupakan kolam yang digunakan untuk membesarkan buaya muara yang berumur 2-4 tahun untuk membesarkan calon indukan.
Kolam induk atau pembiakan adalah Kolam yang digunakan oleh induk buaya muara yang berumur >8 tahun.
Perawatan Kolam Buaya
Biasanya pembersihan kolam dilakukan 2 kali dalam satu minggu. Ada juga Kolam yang tidak dibersihkan sama sekali. Kolam yang tidak dibersihkan biasanya berupa kolam semi alami (Kolam induk).
Yang harus diperhatikan dari lahan penangkaran:
Yang menjadi daya tarik wisata penangkaran buaya
Penangkaran buaya sikalang masih alami karna jauh dari kota dan keindahan alam yang disajikan apalagi disana adanya danau buatan dimana danau tersebut penggalian pertambangan serta masih banyak pohon-pohon yang rimbun dimana belum terjamah oleh mausia. Serta yang menjadi daya tarik pengunjung atau wisatawan yaitu dengan cara bisa memberi makan buaya. Disana juga terdapat kolam ikan lele yang mana wisatawan bisa memancing di kolam ikan lele terlebih dahulu dengan hanya membayar 15.000/kg dan apabila wisatawan tidak ingin memancing bisa langsung membeli kepada petugas dan pengunjung juga bisa menikmati berbagai jajanan kuliner yang ada di sekitar penangkaran buaya. Disana juga terdapat spot-spot photo yang menjadi daya tarik ibu-ibu untuk berselfi ria. Perangkat desa juga akan menyediakan photografer yang bisa mengabadikan moment bersama keluarga ataupun teman yang langsung bisa mencetak photo ditempat. Fasilitas wisata halal yang diterapkan di dalam area penangkaran buaya antara lain adalah: