WELCOME TO DESA WISATA

“PARIT ANTANG THE HEART OF KURAI”

Mungkin banyak yang bertanya kenapa Desa Wisata ini dinamakan Desa Wisata Parit Antang ‘the heart of Kurai’….?

Karena Kelurahan Parit Antang ini adalah Jantungnya Kurai dan disinilah sejarah terbentuknya Orang KURAI ASLI atau Suku KURAI di BUKITTINGGI ini di Monumen Cagar Budaya BATU KURAI LIMO JORONG yang menjadi SAKSI MUFAKAT bagi Orang Kurai atau suku Kurai di Bukittinggi. 

Yang mana Kurai ini di prakarsai oleh Inyiak mamak yang berasal dari Tigo Baleh, Aur Birugo, Guguak Panjang, Mandiangin dan Koto Selayan Yang bernama : 

1. Inyiak Dt. Sati suku Sikumbang 
2. Inyiak Dt. Yang Dipituan suku Pisang
3. Inyiak Dt. Bandaro suku Guci
4. Inyiak Dt. Rajo Endah suku Tanjuang
5. Inyiak Dt. Rajo Mantari suku Jambak

Terkait dengan Kurai ini para inyiak mamak sepakat melakukan musyawarah di BATU KURAI LIMO JORONG ini yang mana asal muasal Batu ini di jadikan sebagai sarana tempat duduk atau bersandar yang awal konon ceritanya jaman duhulu tidak ada Kursi di tempat ini sehingga para inyiak mamak menjadikan Batu ini sebagai sarana untuk tempat duduk dan bersandar untuk melakukan diskusi atau musyawarah guna membahas tentang kehidupan masyarakat atau kemajuan wilayahnya baik dari sektor Pertanian, Peternakan, Adat istiadat dan Budaya serta membahas pengangkatan Calon Datuk untuk memimpin kuamnya dan negerinya ini. 

Maka dari itu BATU KURAI LIMO JORONG telah menjadi ICON orang KURAI Bukittinggi, sehingga kita semua bisa mengambil pesan moral yang terkandung dalam Situs Cagar Budaya BATU KURAI LIMO JORONG ini yaitu Pentingnya MUSYAWARAH untuk mencapai MUFAKAT Basamo Mangko Bajadi {dengan kebersamaan semua akan terwujud}

BATU KURAI LIMO JORONG ini adalah sebuah Peninggalan Bersejarah yang di jadikan monumen sehingga memiliki daya tarik yang bisa di saksikan lansung bagi pengunjung yang terletak di pinggir jalan di desa Balai Banyak Kelurahan Parit Antang yang bersebelahan dengan Mushala dan Pohon Beringin yang berdiri kokoh yang seakan menjadi saksi keberadaan Batu ini. 

BATU KURAI LIMO JORONG ini sudah tercatat sebagai Cagar Budaya di Balai Pedestarian Cagar Budaya {BPCB} Sumatera Barat dengan nomor Inventaris 13/BCB-TB/A/02/2007 dengan luas 4,7 x 4,9 m.

Selain BATU KURAI LIMO JORONG Desa Wisata Parit Antang juga memiliki destinasi RUMAH ADAT/BALAI ADAIK Karapatan Adat Kurai 2 lantai yaitu sebuah gedung khusus tempat berkumpulnya para Inyiak Mamak, Tuanku, Alim Ulama Cadiak Pandai, Bundo Kanduang serta masyarakat setempat untuk merapatkan sesuatu guna kemajuan Kampung dan Nagari.

Adapun di sekeliling RUMAH ADAT/BALAI ADAIK terdapat beberapa item yang menjadi daya tarik pengunjung, tampak depan terdapat wisata alam view segar pesawahan dan Batang Aia Tambuo {sungai kecil}, tampak Belakang sebuah Sekolah Menengah Pertama/SMPN No.07 Bukittinggi yang berdiri kokoh, tampak Kanan berdiri sebuah Homestay SALINA’S yang akan memanjakan para pengunjung untuk melepas penat dari aktivitas holiday sambil menikmati hasil Produk wisata ROTI GORENG JONI yang berada di depan Homestay tersebut, tampak Kiri depan terdapat Kantor Lurah Parit Antang. 

Masih banyak keunikan yang terdapat di Desa Wisata Parit Antang ini selain BATU KURAI LIMO JORONG dan RUMAH ADAT/BALAI ADAIK yaitu terbentang luas Wisata Alam  PESAWAHAN  bagaikan PERMADANI dengan viewnya yang segar yang di temani dengan megahnya Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sambil berselancar  MANCING MANIA di CAFÉ TAPIAN TABEK dengan Produk wisatanya yang khas.

Adapun di belakang Café TAPIAN TABEK terdapat Wisata Alam Batang Aia TANGKURAI {sungai kecil} yang di dampingi oleh sawah-sawah sambil menikmati alunan seruling anak petani dan menyicipi Produk Wisata RENDANG JAGUNG dan TAHU GORENG.

Tak lupa Desa Wisata Parit Antang juga memiliki Wisata Aktraksi SENI dan BUDAYA berupa sanggar Seni Tari, Silek dan Tambua guna untuk meyambut kedatangan tamu kehormatan untuk acara yang sakral.

Kami tunggu kedatangan anda di Desa Wisata Parit Antang ‘the heart of Kurai’

We are waiting for your arrival at The Parit Antang tourist village ‘the heart of Kurai’