Bila diperhatikan secara sekilas, Malamang terkesan hanya merupakan proses atau cara memasak lamang (lemang) dengan menggunakan media bambu yang kemudian dibakar diatas bara api. Padahal,tradisi Malamang tidak hanya soal kemahiran memasak lemang, namun tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan sejarah yang membuat tradisi ini bertahan di Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Padang Pariaman. Semaraknya tradisi Malamang,biasanya akan terasa pada peringatan hari-hari besar Islam, yakni menjelang bulan Ramadan, lebaran (IdulFitri dan Idul Adha), peringatan Maulid Nabi,baralek (pesta pernikahan), peringatan hari kematian,dan sebagainya.
Mayoritas masyarakat di Padang Pariaman menyakini, sejarah tradisi Malamang tidak dapat dilepaskan dari peran dan perjuangan Syekh Burhanuddin untuk menyiarkan agama Islam di Minangkabau. Malamang dapat dikatakan metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Burhanuddin untuk mengajarkan perbedaan makanan halal dan haram dalam ajaran Islam