Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pulau Siberut, Turuk Laggai muncul sekitar abad ke XVII. Tari ini merupakan cerita dari keseharian masyarakat Kepulauan Mentawai yang mayoritas pekerjaannya berburu sehingga gerakan tarinya meniru gerakan binatang-binatang. Fungsi dalam tari adalah sebagai upacara pengobatan. Bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah waktu dan tempat penyajian. Turuk Laggai termasuk dalam tari kelompok, karena tarian ini ditarikan minimal 3 orang penari dimana ketiga orang ini adalah sikerei. Turuk laggai ditarikan pada saat upacara pengobatan yang dilakukan pada malam hari agar komunikasi antara sikerei dan roh gaib lebih mudah dilakukan. Namun penemuan baru yang penulis dapatkan bahwa Turuk Laggai dahulunya berfungsi sebagai tari upacara pengobatan, namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi pengobatan, maka tarian ini berubah fungsi menjadi tari hiburan untuk masyarakat.