Tradisi Pacu Itiak ini berawal dari kebiasaan para petani di Kanagarian Aur Kuning, Sicincin, Kota Payakumbuh pada saat mengembala itik. Tradisi budaya tradisional yang syarat dengan filosofi ini, kini juga masuk dalam warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Tradisi pacu itiak ini sudah ada sejak tahun 1028, dengan tujuan awal dilakukan petani untuk menghalau hama.
Gerakan terbang melayang yang dilakukan itik-itik itu menjadi hiburan tersendiri bagi para petani. Kemudian, hal inilah yang menyebabkan tercetusnya ide untuk diadakannya lomba itiak terbang.
Para petani yang mengikuti Pacu Itiak ini, akan melatih itik terpilih secara khusus sekitar tiga hingga empat bulan sebelum pertandingan dimulai. Kemudian itik yang terpilih dipisahkan dari itik kebanyakan agar bisa dibentuk dan dilatih kemampuan terbangnya. Dalam proses tersebut itik dirawat dan dijaga kesehatannya agar memiliki stamina yang baik saat bertanding. Tidak jarang para petani juga menambahkan vitamin dan madu agar itik-itik tersebut siap untuk bertanding. Itik selalu dilatih dan dimandikan setiap harinya dengan tujuan agar badan dari itik ringan sehingga bisa terbang tinggi.