Tradisi Mangodow biasanya dilakukan secara bersama-sama yang dipimpin oleh pemangku adat (Niniak Mamak) dan setiap pelaksana wajib patuh dan mengikuti arahannya. Diawali dengan mencari dan menganyam janur enau (Pucuk onou) bahasa setempat yang dilakukan dua hari sebelum perhelatan. Tidak semua orang bisa untuk menganyam pucuk enau dan hanya orang-orang ahli yang dapat membuat sepanjang sekitar 30 meter itu. Dihari acara mangodou seluruh masyarakat dan wisatawan yang telah mendapat tiket seharga Rp5000 berjejer di sepanjang sungai ombilin Desa Wisata Rantih untuk melihat keseruan bagaimana ikan bergerombolan dihalau dari hulu ke hilir dengan anyaman janur (pucuak onou). Sementara janur pada bagian hilir hanya menunggu sehingga terbentuklah perkumpulan ikan. Disinilah para penjala ikan beraksi dengan menjala banyak arah dari atas perahu. Dengan mudahnya ikan didapatkan dan dikumpulkan dalam perahu khusus tempat ikan. Keseruan ini yang sangat dinanti dan wisatawan dapat mencobanya untuk merasakan tradisi unik ini tanpa biaya tambahan.
Keseruan ini bukan tanpa alasan, karena ikan yang terangkat naik adalah ikan khas bernama "Gariang" berukuran besar hingga pernah mencapai 20 kg perekornya. Hasil tangkapan ini akan dibagi dengan proporsional dan sebagian dijual ke wisatawan sebagai pemasukan buat perekonomian Desa Wisata Rantih.