Di nagari koto kaciak digelar mempertunjukkan aksi kesenian klasik Islami. Masyarakat setempat menyebutnya Indang Tuo. Indang Tuo merupakan indang yang mensiarkan ajaran agama Islam melalui kesenian rebana.
“Indang ini semula berkembang di Aceh, kemudian menyebar hingga ke Jorong Balai Belo. Di Jorong Balai Belo, kesenian ini sudah ada sejak 1958, “katanya.
Sejarah Indang berawal ketika Rasulullah membuat permainan untuk 11 orang anak Bujaha atau Sudaki. Mereka anak-anak zalim yang dirangkul sehingga menjadi alim dan ulama besar.
“Mereka diberikan semacam permainan Ripa’i atau Rebana sebagai media untuk menarik secara berlahan, sehingga mau mengikuti ajaran Islam,”katanya.
Kesebelas anak Yuzalim tersebut tumbuh besar menjadi ulama besar yang menyiarkan Agama Islam. Beberapa orang diantaranya, berhasil sampai ke Aceh dan memainkan kesenian tersebut untuk menjadi penarik masyarakat ikut dalam ajaran Islam.
“Perkembangan Islam di Aceh cukup pesat melalui Kesenian Indang tersebut. Hingga akhirnya sampai pula di Pariaman melalui Syekh Burhanuddin atau Abdulrahman,” katanya.
Sedangkan bisa sampai ke Koto Kaciak ini lanjutnya, melalui beberapa tokoh yang belajar ke Pariaman. Seperti Raba’in Sutan Parpatiah, Limun Sutan Majo Kayo, Saripudin, dan Sutan Pamenan. Saat itu sekitar tahun 1958.