Secara garis besarnya bakaua dibagi atas dua bagian, yakni bakaua ketek dan bakaua gadang. Pada dasarnya pembagian ini terletak pada besar kecilnya bentuk acara yang dilakukan. Bakaua ketek dilakukan dengan acara sederhana tidak membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan bakaua gadang dilakukan dengan menyembelih sapi (manggoroh) sebagai bentuk jamuan. Bakaua ketek hanya dihadiri anggota keluarga, sedangkan bakaua gadang dapat dihadiri setiap masyarakat yang ada nagari. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada bakaua gadang banyak orang yang datang
Dalam bakaua, seluruh petani sepakat turun ke sawah secara serentak. Sebelumnya, para petani berembuk terlebih dahulu mengenai waktu penyelenggaraan. Tidak ada sangsi bagi petani yang tidak ikut bakaua. Sebab petani yang menggarap sawah, di luar hari yang telah ditentukan, baik mendahului atau menyusul, mereka akan rugi sendiri karena padi yang dulu terbit atau belakangan, akan menjadi santapan hama seperti , dan .
Acara bakaua biasanya dipimpin oleh "orang siak" atau pemuka keagamaaan yang ada di nagari. Orang siak yang dipilih yaitunya melalui kesepakatan bersama. Tugasnya adalah memimpin warga berdoa pada Allah. Mereka berdoa pada Allah agar tanaman padi dapat tumbuh subur serta agar masyarakat dapat hidup rukun dan damai terhindar dari bala bencana.
Pakaian yang dikenakan peserta disesuaikan dengan tempat pelaksanaannya. Pada acara bakaua ketek yang tempatnya berada di lokasi kegiatan, maka pakaian kaum laki-Iaki ikut dalam acara bakaua memakai pakaian kerja biasa, sedangkan orang siaknya tetap memakai pakaian keagamaan, baik dalam acara bakaua ketek maupun acara bakaua gadang. Sementara itu, dalam acara bakaua gadang pakaian bagi kaum laki-laki disesuaikan dengan status sosialnya di tengah-tengah masyarakat, sekiranya ia seorang penghulu maka pakaiannya haruslah pakaian penghulu. Bagi kaum perempuan, terutama ipa bisan, tetap memakai berwama hitam.